Riset Pasar Analisis Top of Mind-Merk

Riset yang kami lakukan ialah dengan menggunakan metode kuisioner, yang mana dalam mengukur kriteria analisis Top of Mind-Merk Celana Jeans menyajikan pertanyaan sebagai berikut :

     1.     Merk celana jeans apa yang paling Anda ingat? (1 merk)
     2.     Selain merk yang Anda sebutkan diatas,merk apalagi yang Anda ingat? (3 merk)
     3.     Saat ini Anda adalah konsumen merk apa? (Merk-merk yang Anda Konsumsi)
     4.     Untuk masa yang akan datang, apakah Anda ingin pindah ke merk lain?
    (a)ya,ke merk_____
    (b)tidak
     5.     Apakah Anda mngenal produk celana jeans 'Lois Spain'?
   (a)ya,s
aya telah mencantumkan dalam jawaban diatas
   (b)ya,s
aya lupa mencantumkan dalam jawaban diatas
   (c)tidak
     6.     Apakah Anda mngenal produk celana jeans 'Cardinal'?
   (a)ya,s
aya telah mencantumkan dalam jawaban diatas
   (b)ya,s
aya lupa mencantumkan dalam jawaban diatas
   (c)tidak
     7.     Apakah Anda mengenal produk celana jeans 'Emba'?
   (a)ya,s
aya telah mencantumkan dalam jawaban diatas
   (b)ya,s
aya lupa mencantumkan dalam jawaban diatas
   (c)tidak

Kami mengambil sebanyak 50 responden dari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, yang diantaranya 25 laki-laki dan 25 yang lain perempuan. Adapun hasil respon kuisioner menunjukkan hasil sebagai berikut:

Analisis Merk yang Paling Diingat

Hasil yang diperoleh dari 50 responden mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, dimana 25 diantaranya laki-laki, dan yang lain perempuan mengenai merk celana jeans yang paling diingat, ialah sebagai berikut :
            


            Dari diagram tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 17 merk celana jeans yang menjadi top of mind-merk dari 50 responden yang ada. Dari ketujuh belas merk tersebut, lima merk yang paling banyak diingat diantaranya: Cardinal, Levi’s, Logo, Lea, dan Emba. Kelima merk tersebut menjadi top of mind-merk bagi lebih dari 50% responden (sebanyak 36 dari 50). Adapun Cardinal dan Levi’s dengan jumlah responden yang sama, yakni 8, menjadi top of mind-merk pertama, yang disusul oleh Logo dan Lea, dengan jumlah responden yang tidak jauh berbeda, yakni 7, dan Emba dengan selisih yang sama, yakni 6 responden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa merk Cardinal, Levi’s, Logo, Lea, dan Emba merupakan leader dari merk celana jeans yang paling diingat oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Merk-merk Lain yang Diingat
             
             Dengan mengacu pada kuisioner yang telah kita sebar, kurang lebih masing-masing 3 merk lain yang mereka ingat ialah sebagai berikut:



            Dari hasil tanggapan pertanyaan nomor 2, sebagaimana diilustrasikan dalam diagram tersebut, muncul 35 merk sebagai berikut: Logo, Cardinal, Ako, Hugo, Levi’s, Lea, Emba, Gabrielle, Lee Cooper, Dust, Wrengler, Falla’s, Tripple, Nevada, KS, JB, Lois Spain, RipCurl, IceWalk, Kidrock, Aurel, Office, Lee Count, PSD, Sphyevllis, Jail, Triset, c2, Limson, Mobile, ntf, Ninety, Ebony, Zara,  dan Nudie. Cardinal, Logo, dan Lois adalah tiga merk yang paling banyak disebutkan oleh responden, baik laki-laki maupun perempuan.

Merk-merk yang Dikonsumsi

            Adapun merk celana jeans yang paling banyak dikonsumsi oleh responden ialah sebagai berikut:


            Dari grafik diatas, tiga dari 28 merk yang dikonsumsi oleh responden merupakan bagian dari top of mind-merk, yaitu Logo, Emba, dan Cardinal,  dengan selisih masing-masing 2, dan Logo lebih banyak digunakan oleh responden perempuan.

Analisis Brand Awareness

            Sebagaimana dalam kuisioner, kami memberikan tiga alternatif merk untuk melihat brand awareness responden. Adapun merk-merk tersebut ialah: Lois Spain, Cardinal, dan Emba. Kami mengajukan pertanyaan apakah responden mengenal produk celana jeans merk Lois Spain, Cardinal, dan Emba. Berikut grafik yang menggambarkan seberapa banyak responden yang mengenal tiga merk tersebut.


            Dari grafik diatas, jumlah responden yang mengatakan  bahwa Lois Spain merupakan salah satu dari top of mind-merk ialah sebanyak 16 orang. Sedangkan responden yang kenal akan Lois Spain tetapi bukan top of mind-merk bagi mereka, berjumlah sama. Dan responden yang tidak mengetahui merk Lois Spain ialah sebanyak 18 orang.



            Dari grafik diatas, jumlah responden yang mengatakan  bahwa Cardinal merupakan salah satu dari top of mind-merk ialah sebanyak 29 orang. Sedangkan responden yang kenal akan Cardinal tetapi bukan top of mind-merk bagi mereka, berjumlah 16 orang. Dan responden yang tidak mengetahui merk Cardinal ialah sebanyak 5 orang.



            Dari grafik diatas, jumlah responden yang mengatakan  bahwa Emba merupakan salah satu dari top of mind-merk ialah sebanyak 15 orang. Sedangkan responden yang kenal akan Lois Spain tetapi bukan top of mind-merk bagi mereka, berjumlah 16 orang. Dan responden yang tidak mengetahui merk Lois Spain ialah sebanyak 19 orang.
            Berdasarkan ketiga analisis hasil brand awareness tersebut, dapat disimpulkan bahwa top of mind-merk dari merk-merk yang kami sajikan ialah Cardinal, yang diikuti Lois Spain, dan Emba.

Citra Dewi
115020300111001
CA/Akuntansi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

The Sosial Network

       film sosial network ini adalah film tentang mark zuckerberg. seseorang yang menjadi kaya di usia muda dengan facebook. semuanya pasti sudah kenal dengan facebook. film ini bukanlah cerita tentang seseorng yang jadi kaya karena internet. bukanlah tentang website yang populer, juga bukan tentang keserakahan dan kekuasaan. film ini bercerita tentang seseorang yang ingin diterima oleh sekelilingnya. beberapa orang terlahir cantik atau ganteng dan ada juga yang dianugerahi bakat olahraga atau seni yang luar biasa. tetapi ada juga orang yang biasa-biasa saja dan hanyalah bagaikan angin lalu bagi orang di sekelilingnya. sosial network diawali zuckerberg yang merasa dirinya kurang populer sehingga dia merasa harus bisa masuk kedalam salah satu dari 8 club elit yang ada di harvard. kemudian, dia membuat facemash.com (cikal bakal facebook) yang memuat foto-foto mahasiswi harvard dan memungkinkan pengunjung untuk mengklik foto siapapun yang dianggap seksi. ini membuat zuckerberg dibenci oleh para mahasiswi dan mendapatkan ancaman dari pacar mereka. zuckerberg mendapatkan perhatian dari cameron winklevoss yang adalah anggota porcelain club, salah satu club elit harvard yang berbisnis dengan dia untuk mengembangkan facemash.com. tetap saja, zuckerberg tidak benar-benar diterima di club elit harvard. dia hanyalah rekan bisnis mereka.
         mungkin anda berfikir bahwa film ini menggambarkan karakter mark zuckerberg sebagai orng yang simpatik. jangan salah, dia adalah seorng tiran yang mempunyai ambisi yang tidak terbatas. dia mendepak winklevoss setelah merasa tidak dihormati sebagaimana yang ia inginkan. ketika sahabatnya sekaligus patner bisnis facebooknya, eduardu severin, menjadi calon anggota club elit. zuckerberg menutup pintu terhadap ide-ide baru dan akhirnya mendepak saverin juga. zuckerberg mencoba untuk meraih penerimaan dari orang lain dengan melakukan penolakan.
         Sosial network bukanlah film yang sederhana. David fincher melakukan pendekatan yang berbeda dibandingkan film yang lain pada umumnya dan dia berhasil melakukan itu.penonton tidak diharapkan memberi simpati pada zuckerberg selama film ini berlangsung. tidak ada adegan emosional pada saat film mencapai klimaks dengan zuckerberg yang merasa sangat kesepian. fincherdan penulis aaron sorkin berhasil membuat film ini semata-mata tentang facebook, melainkan tentang bagaimana seseorang bisa menjadi buta oleh ambisinya untuk bisa diterima secara sosial.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Analisis Segmentasi Pasar Produk Lokal ‘Mie Setan Malang’


Produk ‘Mie Setan Malang’ merupakan salah satu merk yang saat ini sedang fenomenal di Malang. Berdirinya produk ini berawal dari gagasan pemilik untuk merebut peluang bisnis kuliner yang dapat memenuhi permintaan konsumen akan mie. Ciri khas dari produk ini ialah nuansa serta citra yang kuat yang berusaha ditanamkan pada masyarakat, yakni kesan horor dan mistis. Dalam hal ini, kesan tersebut diproyeksikan pada cita rasa mie yang pedas dengan berbagai level, pemberian nama pada menu-menu yang tersedia, desain penyajian menu, hingga teknik tata ruang restoran yang secara total dirancang agar relevan dengan label produk.

Sejak awal munculnya ide pemilik untuk memproduksi ‘Mie Setan Malang’, pemilik sebelumnya telah mendeteksi adanya tren variasi makanan pedas yang banyak diminati, seperti kripik pedas, dan sebagainya. Kemudian, pemilik mengembangkan gagasannya untuk membangun bisnis makanan pedas yang sesuai untuk ditawarkan pada masyarakat Kota Malang. Pemilik mengasumsikan bahwa masyarakat Malang akan lebih tertarik dengan makanan seperti mie. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa target dan strategi pemasaran produk ‘Mie Setan Malang’ telah ditetapkan sejak awal pendirian. Adapun analisis segmentasi pasar produk ini ialah sebagai berikut:

a.  Segmentasi Berdasarkan Kebutuhan
Berdasarkan kebutuhan, sasaran pemasaran produk ini ialah konsumen-konsumen yang menyadari kebutuhan akan makanan yang berkualitas dan variasi kuliner yang unik dengan image pedas yang berciri khas. Berdasarkan kebutuhan, segmen pasar yang dituju ialah para konsumen yang menyukai kuliner pedas, serta antusias dalam mencoba makanan pedas untuk memenuhi keinginannya.

b.  Identifikasi Segmen
Analisis identifikasi segmen meliputi segmentasi pasar dari segi geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
1)     Segmentasi Geografis
Produk ‘Mie Setan Malang’ membidik pasar di daerah pusat perbelanjaan (central market). Hal ini dapat dilihat dari pemilihan lokasinya yang berada di sekitar pos-pos yang banyak dikenal di tengah kota, seperti alun-alun, MOG (Malang Olympic Garden), dan pasar besar, yang tepatnya berada di Jalan Bromo Malang.
Berdasarkan segmentasi ini, dapat disimpulkan bahwa pembeli yang dituju ialah masyarakat umum kota Malang, yang mudah untuk menjangkau lokasi karena letaknya yang berada di pusat kota.

2)     Segmentasi Demografis
Segmentasi demografis dapat ditinjau dari beberapa kriteria berikut:
§  Usia
Target yang dibidik oleh produk ‘Mie Setan Malang’ dapat mencakup usia 6 tahun hingga 64 tahun ke atas. Rentang usia yang dituju meliputi siklus hidup anak-anak, remaja, hingga dewasa yang menggemari kuliner mie, khususnya mie pedas.

§  Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, pasar yang dibidik dapat dari kalangan pria maupun wanita. Dalam hal jenis kelamin, segmentasi pasar bersifat universal karena yang ditawarkan ialah produk makanan, yang dapat dikonsumsi baik oleh pria maupun wanita.

§  Pendapatan
Pasar yang dituju diasumsikan orang-orang yang berpendapatan sekitar Rp 1.000.000,00/bulan ke atas. Meskipun demikian, kalangan mahasiswa yang pada umumnya belum memiliki pendapatan juga dapat dibidik untuk memenuhi segmentasi pasar.

§  Kelas Sosial
Produk ‘Mie Setan Malang’ cenderung membidik kelas sosial menengah bawah, menengah, menengah atas, hingga kalangan kelas atas karena harga yang ditawarkan untuk makanan mie pada umumnya dapat dikategorikan diatas standar rata-rata, yakni Rp 8.000,00 per porsi, sedangkan untuk produk serupa lainnya sekitar Rp 6.000,00 tiap porsinya.

3)     Segmentasi Psikografis
Target segmentasi psikografis produk ‘Mie Setan Malang’ cenderung pribadi-pribadi yang memiliki karakter sebagai berikut:
§  Peminat kuliner pedas
Orang-orang yang menggemari makanan pedas biasanya selalu ingin memenuhi keinginannya untuk mencoba segala jenis makanan pedas. Kalangan tersebut merupakan target yang paling mudah dijangkau produk.

§  Pecinta tantangan
Kategori ini terdiri dari kalangan orang-orang yang senang mencoba-coba segala sesuatu yang bersifat menantang, baik dalam hal makanan, maupun kegemaran sejenis lainnya. Tantangan yang ditawarkan produk, dimana konsumen akan dihadapkan pada pilihan level-level mie, akan menarik antusiasme pecinta tantangan yang cenderung ingin mengujikan dirinya pada level-level tersebut. Adapun hal yang paling menantang dalam produk ini ialah tingkat kepedasan yang tinggi, mulai dari level awal hingga level terakhir.
Produk menawarkan lima level kepedasan mie, yakni dimulai dari level pertama yang setara dengan

§  Penggemar wisata kuliner
Kalangan yang menyukai wisata kuliner juga merupakan salah satu target yang dibidik oleh produk ini. Penggemar wisata kuliner akan mencoba tiap kuliner yang mereka anggap berkualitas dan pantas direkomendasikan.  Mereka akan melakukan penilaian di setiap tempat makanan yang mereka kunjungi, serta kemudian memutuskan apakah menu di tempat tersebut layak untuk dikonsumsi kembali. Keunikan label ‘Mie Setan Malang’ serta ciri khas produk menanamkan kesan yang kuat bagi pelanggannya dan akan menarik penggemar wisata kuliner untuk datang, mencoba, dan memberikan respon positif setelah mengkonsumsinya.


4)     Segmentasi Perilaku
Variabel perilaku yang berpengaruh dalam segmentasi produk ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
§  Kejadian
Dalam hal ini, kejadian didefinisikan sebagai aspek temporer yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen terhadap produk. Adapun variabel kejadian yang dapat berpengaruh ialah sebagai berikut:
-          Popularitas jenis-jenis makanan pedas, yaitu suatu kejadian dimana muncul berbagai macam makanan pedas yang fenomenal yang memicu para konsumen untuk mencoba beberapa diantaranya, termasuk produk ‘Mie Setan Malang’;
-          Kebutuhan akan makanan, yaitu suatu kejadian dimana konsumen merasa perlu untuk memenuhi kebutuhan makanan baik secara terdesak karena rasa lapar, atau sekedar memenuhi keinginan untuk mengkonsumsi makanan tertentu;
-          Terbawa arus tren masyarakat yang sedang populer; yaitu suatu kejadian dimana konsumen melakukan perilaku pembelian ketika mereka mengetahui eksistensi produk sebagai bagian dari budaya masyarakat.

§  Manfaat
Manfaat merupakan nilai guna yang ditawarkan produk sehingga mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Adapun manfaat yang terdapat pada produk ini ialah:
-          Sebagai pemuas kebutuhan yang mengatasi rasa lapar; hal ini merupakan fungsi utama yang secara umum terdapat pada setiap produk makanan;
-          Sebagai pemuas kebutuhan akan sensasi berbeda dan unik yang disajikan dalam produk makanan; secara khusus, fungsi tambahan dari pemenuhan kebutuhan akan makanan juga berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen. Produk ini memberikan sensasi horor dan mistis yang dikemas secara unik sebagai ciri khas tersendiri, yang dapat memberikan pelanggan nilai guna tambahan sebagai kepuasan secara abstrak akan pelayanan dan penyajian produk.

§  Status Pengguna
Berdasarkan berbagai jenis konsumen yang menjadi target pemasaran produk, status pengguna ‘Mie Setan Malang’ dapat diklasifikasikan menjadi:
-          Pengguna potensial, terdiri dari konsumen yang berasal dari kalangan peminat kuliner pedas yang masih belum mengetahui keberadaan produk;
-          Pengguna pertama, terdiri dari kalangan pecinta tantangan maupun penggemar wisata kuliner yang baru pertama kali melakukan keputusan pembelian;
-          Pengguna teratur, terdiri dari ketiga kalangan – peminat makanan pedas, pecinta tantangan, dan penggemar wisata kuliner – yang melakukan evaluasi setelah konsumsi dan menyatakan puas akan produk, serta ingin mengulangi konsumsinya, baik dengan motif ingin mencoba menu lain, mencicipi level yang lebih tinggi, maupun memesan menu tertentu yang dianggap sempurna.

§  Tingkat Penggunaan
Berdasarkan motif-motif tersendiri yang dimiliki oleh berbagai kalangan konsumen dalam membeli produk, tingkat penggunaan dibedakan menjadi:
-          Penggunaan ringan, yakni penggunaan yang dilakukan oleh kalangan konsumen yang bermotif ingin mencoba-coba, sehingga mereka hanya datang untuk memesan mie level terendah atau menu tertentu;
-          Penggunaan menengah, yakni penggunaan yang dilakukan oleh kalangan konsumen yang bermotif ingin memenuhi tantangan yang ditawarkan, sehingga mereka cenderung mengulangi konsumsi untuk mencoba variasi menu dan level yang ditawarkan;
-          Penggunaan berat, ialah penggunaan yang dilakukan oleh kalangan konsumen yang bermotif loyalitas pada menu tertentu yang ditawarkan produk sehingga intensitas konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan ringan dan menengah.

§  Tahap Kesiapan Pembeli
Tahap kesiapan pembeli yang dapat diklasifikasikan dalam produk ‘Mie Setan Malang’ ialah sebagai berikut:
-          Tahap menyadari keberadaan produk;
-          Tahap tertarik dan menginginkan produk;
-          Tahap membeli.

§  Status Loyalitas
Status loyalitas pelanggan dapat diidentifikasikan dalam produk ini ialah:
-          Loyalis berat, yakni terdiri dari kalangan pelanggan peminat makanan pedas yang kemudian menyukai produk ‘Mie Setan Malang’ dan melakukan konsumsi secara berlanjut;
-          Loyalis terbagi, yakni terdiri dari kalangan pelanggan yang melakukan konsumsi terhadap merk produk sejenis lainnya;
-          Loyalis yang bergeser, yakni terdiri dari konsumen produk ‘Mie Setan Malang’ yang beralih ke produk lain, dengan asumsi karena adanya merk produk lain yang lebih fenomenal dan menarik, kekecewaan akan pelayanan produk, dan faktor-faktor lainnya;

§  Sikap
Dalam variabel sikap, terdapat dua jenis karakter sikap pelanggan produk, yakni:
-          Sikap antusias, yaitu respon positif pelanggan terhadap produk yang diekspresikan dengan tingginya intensitas maupun kuantitas pembelian
-          Sikap kurang antusias, yaitu respon yang kurang menunjukkan adanya kepuasan maksimal oleh pelanggan saat mengkonsumsi produk.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS